Tulisan pertama ini saya dedikasikan untuk Tahun 2019 🙂

Halo semua, Tahun 2019 merupakan tahun yang luar biasa.. banyak pengalaman baru yang didapat, naik dan turun namun rasa syukur sangat amat menyelimuti diri saya. Untuk mengawali “launching” nya blog saya, mungkin tulisan ini akan sedikit panjang, tapi semoga dapat menginspirasi orang-orang yang membacanya ya..

2019 MENGAJARKAN SAYA BANYAK HAL TENTANG BAGAIMANA BERHARAP, BERJUANG, BERADAPTASI PADA PERUBAHAN, BELAJAR ARTI DARI PENGORBANAN SESUNGGUHNYA, IKHLAS DAN BERSYUKUR

DOA-DOA YANG TERJAWAB

Ngga tau kenapa dari dulu kalau lagi ngobrol dengan teman-teman dan ngomongin masalah pernikahan, saya adalah salah satu orang yang bukan menginginkan nikah muda. Dan kalau ditanya mau nikah umur berapa pasti jawaban saya adalah diumur 28 Tahun, karena menurut saya umur segitu sudah pas untuk menikah, dari segi lahir batin dan juga mental. Sedangkan teman-teman seumuran saya saat itu kalau ditanya mau nikah umur berapa pasti jawabannya adalah ingin menikah diumur 25 Tahun dengan alasan agar jarak umur mereka dengan anak tidak terlampau jauh (bagi saya itu bukan sebuah jawaban) Hehe..

Flashback ke 4 tahun lalu, 2016.. saya melaksanakan Ibadah Umroh bersama keluarga, beribu-ribu doa dipanjatkan. Dari urusan karier, kesehatan, rejeki, hingga dalam sujud saya di Raudah (taman surga tempat terkabulnya doa-doa) saya berdoa agar dimantapkan hati dan dibukakan kemudahan dalam perjalanan pencarian jodoh yang terbaik. Kurang lebih kalimatnya seperti ini “kalau dia bukan yang terbaik untuk saya, jauhkanlah.. jika dia memang yang terbaik untuk saya mudahkan jalannya dan selalu dekatkanlah kami dengan ridhomu” sambil menyebut namanya dalam hati.

Langit-langit Raudhah, Masjid Al Nabawi, Madinah
(Source: Koleksi Pribadi)

Saat itu saya sedang menjalani hubungan dengan seseorang, dia adalah mantan sahabat saya, ya M-A-N-T-A-N.. maksudnya bukan saya punya sahabat lalu saya pacaran dengan mantannya ya hehe, tapi maksudnya adalah dulu kita bersahabat, tapi ada masalah dan memutuskan untuk tidak bersahabat lagi. Beberapa tahun drama itu berlalu, kita bertemu lagi dan dengan sedikit nekat akhirnya kita memutuskan untuk menjalin suatu hubungan. Sebegitu tidak yakinnya saya dengan dia karena history kita yang bisa dibilang tidak begitu baik (yang penasaran ceritanya bisa dicek disini #4 RIOTIASTORY – PENGAKUAN RIO (Part 1) dan #4 RIOTIASTORY – PENGAKUAN RIO (Part 2)) saya sampai ragu saat menyebutkan namanya dalam hati. Namun jika memang Allah sudah berkehendak, apapun bisa terjadi.. setelah perjalanan panjang yang penuh perjuangan serta harapan, di Tahun 2019 dan diumur saya yang ke 27 menuju 28 Tahun doa itu terjawab, kita menikah.

Akad Nikah
(Source: Koleksi Pribadi)

Menurut saya perjuangan itu adalah salah satu bumbu kehidupan, walaupun kita sudah menikah, perjuangan tidak berhenti sampai disana saja. Kita masih harus berjuangan beradaptasi pada perubahan, ya.. perubahan. Karena pernikahan tak hanya mengikat dua pribadi, tapi menyatukan dua keluarga. Kita harus berjuang membagi waktu antara keluarga saya, keluarga dia, dan tentunya kita berdua. Sebisa mungkin untuk adil, ya walaupun tidak bisa dipungiri juga kadang tidak bisa bersikap adil. But it’s ok, yang penting kita sudah berusaha sebaik mungkin.

Dan disetiap perjuangan pasti ada yang harus dikorbankan yaitu waktu, tenaga dan pikiran. Pernikahan kita yang baru seumur jagung juga tak selalu berjalan mulus, tapi didukung dengan komunikasi yang baik dan selalu berpegang dengan prinsip yang kita percaya.. kita yakin bisa mewujudkan mimpi-mimpi kita bersama dan membuat bahagia keluarga kita berdua.

Lebaran Bareng Pertama, Idul Fitri 1440 H
(Source: Koleksi Pribadi)

BERSYUKUR DAN IKHLAS

Tahun 2019 ditutup dengan hal yang kurang mengenakkan. Kalau sebelumnya saya menceritakan tentang keadilan pembagian waktu untuk keluarga setelah menikah, kali ini saya merasakan ketidakadilan dalam karier. Mungkin ini yang dinamakan bom waktu, biasanya jika saya sedang merasa sedih, kecewa, cemburu hingga marah, saya lebih sering mengabaikan emosi-emosi tersebut. Saya selalu memendamnya sendiri dengan memikirkan hal-hal positif. Tapi selama 2019 ini saya belajar bahwa tidak selamanya memendam emosi-emosi tersebut baik, karena hal tersebut dapat mempengaruhi psikologis saya. Dan di 2020 ini saya ingin belajar bagaimana saya dapat mendengarkan diri saya sendiri, menghargai dan mencintai diri saya sendiri serta bisa lebih speak up.

Saat ini saya hanya bisa ikhlas dan tidak pernah lupa bersyukur. Bersyukur atas apa yang saya punya dan telah saya dapatkan juga selama ini. Memang tahun 2019 tidak semulus yang saya harapkan, tapi banyak sekali yang dapat saya syukuri di tahun 2019 ini.

Leaving what 2019 had, up and down, sad and happiness, sickness and excitement. and now welcoming 2020 with grace and new hope. cheers to the great year ahead

Happy New Year 2020 Everyone !

With love,

TDS
(bismillah, 2020.. let’s see what you’ve got)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Threads
Share on WhatsApp
Related posts
Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment