Awal menikah ngga pernah kebayang sama sekali bahwa kami harus menjalani proses TTC ini. Harapannya setelah menikah terus setahun kemudian hamil sesuai dengan rencana. Namun, setelah lewat 1 tahun pernikahan, ternyata kami tak kunjung dikaruniai buah hati. Karena kami tipe pasangan yang lumayan santai, jadi ya kami jalani saja dan nikmati prosesnya. Mungkin tuhan lagi kasih waktu lebih ke kita untuk menikmati masa-masa indah berdua sebelum diberikan tanggung jawab lebih sebagai orang tua.

Tapi, karena orang tua kami sudah tidak sabar ingin menimang cucu, ditambah lagi beberapa kali saya telat menstruasi membuat harapan palsu bagi saya, kami pun jadi penasaran dan bertanya-tanya apa yang terjadi pada diri kami?. Terutama saya sebagai seorang wanita.

Akhir tahun 2020, saya sibukan dengan browsing dan tanya ke beberapa teman perihal rekomendasi dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) a.k.a dokter kandungan yang bagus, well.. semua dokter Obgyn bagus, tapi kita kan juga butuh testimoni dari orang-orang yang ngga hanya kemampuannya dalam urusan per-Obgyn-an tapi juga perihal komunikasi, kenyaman dan yang paling utama adalah chemistry (caelaaaahhh..).

Dan mulailah di awal tahun 2021 ini kami memberanikan diri untuk check-up ke dokter.

dr. Nurwansyah. SpOG

Pertama kali saya tau dr. Nurwan dari mama (mertua). Mama dulu pernah konsultasi dengan beliau, beliau adalah Obgyn-nya mama pas hamil adik (adiknya suami). Kata mama, dr. Nurwan bagus dan banyak yang berhasil sama dia. Jadi dari awal saya menikah, mama sudah merekomendasikan beliau sebagai Obgyn saya ketika hamil nanti. Setelah dapat rekomendasi, seperti biasa saya langsung googling beliau praktek dimana saja dan testimoni lainnya. Saat ini beliau berpraktek di Rumah Sakit Ibu dan Anak Asih, Brawijaya Women and Children Hospital, dan Rumah Sakit Premier Bintaro. Dan memang benar, banyak yang merekomendasikan beliau sebagai Obgyn. Namun sayang, ketika saya ingin melakukan appointment ternyata dr. Nurwan sedang cuti panjang. Jadinya saya beralih ke Obgyn lain.

dr. Ridwan Sude, SpOG

Awalnya pilih dokter ini karena direkomendasikan oleh sahabat saya, Amel. Sejak saya mulai bertanya-tanya, Amel sudah menyarankan saya kalau mau mulai TTC ya konsul dengan dr. Ridwan saja. Saat ini dr. Ridwan berpraktek di Tembuni Birth Center dan RSIA Kemang Medical Care (KMC). Setelah saya googling, saya tertarik dengan konsep Tembuni Birth Center dan jadwal praktek dr. Ridwan pun lebih banyak, jadi lah saya melakukan appointment disana. Sebelumnya Amel memperingatkan saya agar melakukan appointment dijauh hari karena jadwal dr. Ridwan yang sangat padat. Dan ya benar sekali.. kami baru dapat appointment dengan beliau 2 bulan lagi, WOW!.

9 Januari 2021 – Konsultasi Pertama

Dua bulan telah berlalu, setelah menunggu begitu lama akhirnya jadwal konsul kami dengan dr. Ridwan tiba. Dokter mulai praktek jam 17.00 WIB, kami kebagian appointment di jam 20.00 WIB. Karena lokasinya cukup jauh dari rumah, kami sudah bersiap dari siang hari dan menunggu di Pondok Indah Mall (PIM) agar lebih dekat. Jam 16.00 WIB dapat info dari Tembuni kalo jadwal praktek dr. Ridwan mundur 1 jam karena masih ada persalinan, yang berarti appointment kami pun mundur menjadi jam 21.00 WIB. Ya udah sabaaar.. toh masih di PIM juga, jalan-jalan muter mall juga ngga berasa (pikir kami). Jam 18.50 WIB, dapat info lagi dari Tembuni kalau dr. Ridwan masih belum selesai tindakan dan jadwal dimundurkan 1 jam lagi. Whaaaatttt.. berarti appointment kami jadi jam 22.00 WIB??? huft.. mulai bete, tapi ya mau gimana lagi, mau cancel pun sudah nanggung jadi ya terpaksa kami tunggu demi niat baik kami melakukan TTC.

Karena kami masih belum tau kondisi jalan kesana, kami berangkat dari PIM sekitar jam 20.30 WIB, takut telat. Sampai Tembuni sekitar jam 20.45 WIB dan benar saja dokternya ternyata selesai tindakan lebih awal dari estimasi yang mundur 1 jam jadi hanya 30 menit. Sampai sana antrian sudah rame banget. Kami langsung melakukan daftar ulang dan mengisi beberapa formulir, terus nunggu.. nunggu.. dan nunggu lagi.. Kami baru dipanggil jam 22.00-an, hiks lama banget antrinya. Dan lumayan bikin suami jadi bete.

Tapi semuanya terbayar lunas pada saat kami bertemu dengan dr. Ridwan. Kesan pertama dengan beliau: santai bin datar!.. maksudnya, ketika kami bertanya dan bercerita panik sana-sini, beliau santai saja gitu menjawabnya dan datar ekspresinya. Ya iya sih, mungkin kami adalah pasien ke-sejuta yang mengeluhkan hal yang sama seumur hidup beliau, hahaha. Dan yang saya suka dari dr. Ridwan adalah he knows it all. Dari pertanyaan-pertanyaan yang biasa sampai yang luar biasa, dia dapat menjawab dengan cepat tanpa ragu sedikit pun. Itu yang saya suka dari seorang dokter. Kesel kan ya kalo kita bingung-bingung nanya ke dokter, eh dokternya ngejelasinnya juga ngebingungin, duh males bangeeeeet. Dan suami juga setuju dengan pendapat saya.

Masuk ke ruangan praktek, saya dan suami bilang ingin program. Kemudian beliau tanya beberapa pertanyaan, seperti umur kami, sudah berapa lama menikah, pisah rumah atau engga (LDR), rutin berhubungan 1 minggu berapa kali, dll. Setelah itu, saya diminta naik ke ranjang untuk pemeriksaan standar, yaitu USG Trasvaginal. Ini adalah kali kedua saya melakukan USG Trasvaginal. Hasil USG Trasvagina saya yang kedua, alhamdulillah semua bagus. Tidak ada kista/miom, telur ada, tapi dr. Ridwan bilang bentuk rahim saya abnormal (menurut beliau rahim saya berbentuk “love“) tapi hal tersebut tidak menjadi suatu masalah.

Baca juga: Our Trying to Conceive (TTC) Journey – Started

Karena hal tersebut, saya diminta untuk melakukan pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG), HSG adalah suatu pemeriksaan untuk melihat bagian dalam uterus (rahim) dan juga untuk menilai patensi tuba falopi (saluran yang menghubungkan ovarium atau kandung telur dengan rahim) apakah ada penyumbatan atau tidak, dsb. 

dr. Ridwan juga menanyakan apakah suami bersedia untuk di cek juga, karena menurut beliau TTC itu harus dilakukan berdua, bukan hanya wanita (istri) saja yang di cek kondisinya. Hal ini untuk mengetahui permasalah di awal agar tidak membuang-buang waktu. Alhamdulillah suami bersedia untuk di cek.

Pemeriksaan kesuburan pria berbeda dengan wanita. Dan karena Tembuni adalah klinik bersalin, jadi tidak bisa melakukan pemeriksaan tersebut. Suami diberikan surat pengantar untuk melakukan Analisa Semen (Test Sperm) di RS/Lab lain yang lebih besar. Jika sudah ada hasilnya, baru kami akan dijadwalkan kembali untuk melakukan konsul lanjutan dengan dr. Ridwan.

Dari situ kami tambah semangat untuk melakukan TTC. Saya langsung gerak cepat (gercep) mencari informasi terkait HSG dan Test Sperm, hehe.. Ternyata kedua pemeriksaan tersebut harganya lumayan muahaaaalll yaaaa hm..

2 Februari 2021 – Konsultasi Kedua

Setelah semua hasil pemeriksaan HSG dan Test Sperm keluar, kami segera menjadwalkan konsultasi kedua dengan dr. Ridwan. Deg-degan banget buat tau hasilnya.

Sebenarnya saya sudah tau hasil HSG saya, karena pada saat pemeriksaan hasilnya langsung dapat diketahui dan dijelaskan juga oleh Radiolog-nya. Alhamdulillah hasil HSG saya bagus, kondisi kedua tuba falopi saya paten. Namun yang membuat kami deg-degan adalah menunggu penjelasan hasil Test Sperm suami yang menyebutkan kesimpulan “Severe Oligo Astheno Teratozoospermia (OAT)”, dr. Ridwan sempat menjelaskan.. namun kami sudah tidak fokus mendengarkan karena saat itu pula TTC saya terpaksa di pending oleh dr. Ridwan dan kami diminta fokus untuk mengobati kondisi suami dan beralih ke dokter spesialis Andrology.

Keluar dari ruangan saya langsung googling, dan result yang keluar cukup mencengangkan. Hampir semua artikel dan situs tanya jawab dokter bilang solusi satu-satunya jika mau punya anak dari orang yang punya OAT adalah bayi tabung/IVF.

Hah? gimana? bentar-bentar.. biarkan kami mencernanya dulu perlahan.

Oke, inhale, exhale.. jujur lemes tapi saya harus tetap tenang dan berpikir positif, karena saya yakin suami pun pasti lebih lemes dari saya. Terlihat sekali dari raut wajahnya, dia berkali-kali minta maaf dan merasa bersalah karena selama ini yang dinyinyirin susah hamil ya saya, tapi ternyata dia (merasa) juga punya andil. Saya berusaha menenangkan, dan bilang “it is ok, kan cuma butuh 1 sel sperma kok dari jutaan itu.. udah konsul dulu aja ya ke Androlog-nya sesuai rekomendasi dari dr. Ridwan”

Dan hari itu adalah akhir dari pencarian Obgyn untuk TTC kami 🙂 Good luck for US!

Cheers!

TDS

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Threads
Share on WhatsApp
Related posts
Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment