NKCTHI: Film Yang Pas Untuk Membuka Awal Tahun

“Selalu ada yang pertama kali dalam sesuatu.. termasuk gagal”.
Selasa lalu tanggal 7 Januari 2019, tiba-tiba suami ngajak nonton Film NKCTHI “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” yang lagi hits banget diperbincangkan di Social Media. Awalnya saya yang pengen banget nonton film ini karena penasaran. (saya memang selalu penasaran dengan film yang diangkat dari sebuah buku.. ya walaupun ujungnya pasti kecewa karena tidak sesuai dengan ekspektasi). Sedangkan suami saya paling males kalo nonton film yang diangkat dari sebuah buku.. apalagi diangkat dari buku yang udah pernah dia baca. Tapi eeeh kok malah dia yang semangat ngajak nonton film ini. Dan ini adalah film pertama di Tahun 2020 yang kita berdua tonton di bioskop.
Oke, saya mau sedikit review tentang film ini. Review ini bersifat subjektif ya.. karena semua kan tergantung sudut pandang dan referensi penonton masing-masing. Untuk yang belum nonton, sebelumnya saya minta maaf dulu nih hehe.. karena akan ada banyak spoiler.
NKCTHI adalah sebuah film yang diangkat dari sebuah buku quotes & ilustrasi yang ditulis oleh Marchella FP, to be honest saya ngga pernah baca buku ini, paling liat diselentingan quotes yang suka di-share oleh teman-teman di-Instagram. Emang sih quotesnya NKCTHI ini kalo kata anak jaman sekarang tuh “gue banget” karena mengangkat masalah para millenials, kalimat-kalimatnya singkat dan sederhana ditambah dengan ilustrasi sehingga mudah dipahami dan relate dengan kehidupan kita. Nah ini nih yang membuat Mas Angga Dwimas Sasongko selaku sutradara dan Visinema tertarik untuk menjadikan buku NKCTHI ini menjadi sebuah film.
Film ini mengisahkan sisi lain dari sebuah keluarga yaitu bagaimana keluarga itu memiliki rahasia. Sebuah rahasia yang disimpan rapat oleh Ayah dan Ibu, yang mana anak-anaknya hanya boleh tahu tentang rasa BAHAGIA dan SENANG.

(Source: Google Image)
Sudut pandang film ini sangat luas, ada sudut pandang sebagai Ayah, ada sudut pandang sebagai Ibu, ada sudut pandang anak Sulung, anak Tengah, dan pastinya anak Bungsu. Setiap peran di film ini mempunyai masalahnya masing-masing dengan porsi yang rata, padahal kalo kalian nonton pertama kali pasti kalian berfikir film ini hanya masalahnya si Awan sebagai anak Bungsu yang selalu diperhatikan oleh orang tuanya, tapi ternyata nggak.. difilm ini penonton dikasih lihat juga bagaimana strugling nya anak Sulung dan anak Kedua.
Kalo aku pribadi, saya merasa menonton film ini tuh relate banget, karena keluarga saya pun sama, 3 orang anak juga dan kebetulan saya adalah anak Bungsu. Saya melihat memang Awan yang diperankan oleh Rachel Amanda, diperlakukan oleh keluarganya ini umum terjadi pada anak Bungsu. Ketika kakak-kakaknya sudah dewasa dan punya kehidupan sendiri, si anak Bungsu ini lah yang menjadi fokus dikeluarga terutama oleh orang tuanya.
Dan juga Angkasa yang diperankan oleh Rio Dewanto sangat erat ceritanya dengan kehidupan pribadi suami saya yang kebetulan juga sebagai anak Sulung dikeluarga. Dia harus melindungi adik-adiknya, bertanggung jawab atas adik-adiknya, bersitegang/beda pendapat dengan Ayahnya sendiri sampai akhirnya harus berdamai dengan kondisi sekitar. Mungkin karena persamaan ini yang membuat saya dan suami sangat menikmati film ini.
“Bumi nggak hanya berputar buat kita, jadi jangan egois.”
Kalau Aurora yang diperankan oleh Sheila Dara merupakan anak Tengah, posisinya sebagai kakak dan seorang adik membuat dia menjadi anak yang punya pribadi kuat dan mandiri. Menjadi anak yang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri membuat Aurora merasa keberadaanya tidak pernah dianggap oleh keluarganya. Makanya nyesek banget rasanya pas Aurora bilang “Kalian udah lama kehilangan aku” ketika scene Ayah mengumpulkan seluruh anggota keluarga dan marah kepada anak-anaknya, langsung ambyaaar emosi-emosinya. Waaah.. itu klimaksnya sih menurut saya.
“Sabar.. satu persatu.”
Nggak kalah penting nih, walaupun bukan anggota keluarga, tapi Kale yang diperankan oleh Arditho Pramono, sukses menjadi pelengkap difilm NKCTHI ini. Kale, anak band yang membangkitkan semangat Awan.. bersama dengan Kale, Awan mulai mengenal tentang rasa patah, bangun, jatuh, tumbuh, hilang dan berbagai ketakutan lainnya. Pokoknya si Kale ini cowok jaman sekarang banget deh, sampai ada jokes dikalangan social media “Jangan Kale-in aku ya” hehehe
Sinematografi yang dihasilkan oleh Mas Angga Dwimas Sasongko sangat bagus, cerita yang coba disampaikan juga sangat real dikehidupan nyata keluarga pada umumnya. Kompilasi Original Sound Track (OST) yang mendukung cerita ini sangat baik, ada Kunto Aji, Isyana Sarasvati, ARAH Band, Ardhito Pramono dan masih banyak lagi. Alur cerita yang disajikan terbilang tidak biasa karna dibuat tidak linear, malah terbilang mundur & maju. Yang paling saya kagum adalah pemilihan cast nya yang luar biasa, cocok dan bagus bangettttt.. saya dan suami sama-sama setuju kalau Oka Antara sebagai Ayah muda adalah the best actor difilm ini, menjiwai banget gitu loh.
Dari sederet pujian, ada scene yang membuat kita agak bingung, “apa sih ini maksudnya ?” bisa dibilang juga aneh, yaitu pada saat Awan kecil tertabrak motor dan digendong masuk kedalam mobil, ada beberapa warga yang malah terlihat seperti zombie, hanya mengerumuni mobil. Tapi ya kalo saya coba cari-cari di beberapa review dan komentar, ternyata tuh adegan itu merupakan sisipan dari kritik sosial Mas Angga Dwimas Sasongko mengenai kebiasaan orang Indonesia ketika ada musibah bukannya memberi pertolongan, tapi hanya sibuk melihat/mengabadikan momen tanpa aksi (CMIIW).
Dan kenapa saya bilang ini adalah film yang pas untuk membuka awal tahun?, karena film ini banyak mempuyai pesan yang dapat membuat kita memiliki sudut pandang baru dan dapat refleksi diri kita. Pesan yang bisa diambil dari Film ini adalah jangan pernah anggap luka dan sedih itu tidak ada.. luka dan sedih itu pasti ada, namun bagaimana kita melaluinya agar luka dan sedih itu terobati. Tidak ada yang salah, baik dari segi orang tua maupun dari segi anak, mereka hanya mencoba mencari yang terbaik bagi dirinya.
“Hidup itu lucu ya, yang dicari hilang, yang dikejar lari, yang ditunggu pergi. Sampai hari kita lelah dan berserah, saat itu semesta bekerja.”
Segitu dulu kali ya, review yang saya bisa bagikan. Selamat Menonton Film-film Indonesia !
Cheers !
TDS